Skip to main content

Dekesda Berharap Pemkab Sidoarjo Tampilkan Wayang Porong

 


Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo menampilkan pertunjukan wayang Porong. Pertunjukan dalam rangkaian Hari Jadi Sidoarjo yang ke-165.

Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Dekesda Ribut Wijoto, Selasa (2 Januari 2024). Ribut menilai wayang Porong merupakan harta karun seni budaya Sidoarjo.

"Wayang Porong menempati posisi terhormat dalam jagad wayang Jawa Timur atau lebih dikenal sebagai wayang Jekdong. Wujudnya jauh berbeda dengan wayang Jawa Tengah atau Mataraman," kata Ribut Wijoto.

Perbedaan yang termaktub dalam cara ekspresi sinden, irama musik, serta susunan acara. "Wayang Porong bernuansa lebih dinamis dibanding wayang Mataraman. Sebab ritme musiknya diatur oleh permainan kendang. Jika wayang Mataraman menyukai warna hitam, wayang Porong dominan merah. Aspek mistisnya berbeda," papar Ribut Wijoto.

Mengapa bisa berbeda? Ribut menduga perbedaan itu terjadi karena karakter wayang terbentuk dari kearifan lokal. "Secara geografis dan kultural, kita (Sidoarjo, red) berbeda dengan Jawa Tengah. Maka menjadi wajar karakter karya seni juga berbeda," katanya.

Ditambahkannya, wayang merupakan kesenian tradisional yang telah mengakar kuat di Sidoarjo. Kesenian yang sudah ada di Sidoarjo sejak ratusan tahun lalu. Jauh sebelum berdirinya kerajaan Mataram, kerajaan Majapahit, maupun kerajaan Singasari.

"Bahkan di Indonesia pun, literatur tulis pertama tentang wayang berasal dari Sidoarjo, yakni, termaktub dalam prasasti Kuti tahun 840 Masehi," katanya.

Sidoarjo Penerus Kejayaan Kahuripan

Sekali lagi, pada momentum Hari Jadi Sidoarjo, Ribut Wijoto berharap Pemkab Sidoarjo menampilkan wayang Porong. Menurutnya, pementasan wayang Porong sebagai bentuk penghormatan Pemkab Sidoarjo terhadap seni budaya di wilayahnya sendiri.

"Akan lebih baik bila dikemas dalam bentuk parade wayang Porong. Sehingga beberapa dalang wayang Porong diberi kesempatan untuk saling menampilkan kepiawaiannya," kata Ribut Wijoto. []

Keterangan foto: Ribut Wijoto, Ketua Umum Dewan Kesenian Sidoarjo.

Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

"Mpu Kanwa" Perpustakaan Dewan Kesenian Sidoarjo

  Mpu Kanwa adalah seorang sastrawan dan pujangga Kraton Kahuripan pada masa pemerintahan raja Airlangga. Karya-karya Empu Kanwa antara lain Kakawin Arjunawiwaha termasuk karya sastra sebagai persembahan kepada Raja Airlangga yang telah sukses berjuang memulihkan stabilitas keamanan Negeri Medang. Kakawin ini ditulisnya pada masa pemerintahan Prabu Airlangga antara tahun 1028 - 1035 . (Wikipedia)   “Apalah arti sebuah nama”. Begitulah William Shakespeare pernah mengungkapkan betapa tidak penting sebuah nama. Tapi nama Mpu Kanwa menjadi sebuah nama penting untuk Dewan Kesenian Sidoarjo. Bukan hal yang sepele hingga nama Mpu Kanwa disematkan sebagai nama perpustakaan Dekesda. Hari Rabu, tanggal 1 Mei 2024, bertepatan dengan hari buruh, Dekesda me- launching perpustakaan Mpu Kanwa. Acara yang dihadiri para pengurus Dekesda juga dosen-dosen dari Universitas Airlangga. Diungkapkan oleh Rafif Amir-sekretaris Dekesda- saat memberi sambutan acara launching perpustakaan Mpu Kanwa, ...