Skip to main content

REMBUK BUDAYA SIDOARJO EPISODE 3; Fakta, Catatan dan Imajinasi Sidoarjo Seribu Tahun

 


 Minggu, 31 Maret 2024 bertempat di Rumah Budaya Malik Ibrahim, Rembuk Budaya Sidoarjo Episode 3 berlangsung mulai pukul 19.30.

Meski diadakan saat bulan Ramadan banyak peserta dari Paguyuban budaya, komunitas pemuda juga mahasiswa ikut hadir, menyimak pemaparan dari Satriagama Rakantaseta-founder Rumah Budaya Malik Ibrahim-yang malam itu bertindak sebagai pemateri.

Mengusung judul Fakta, Catatan dan Imajinasi Sidoarjo Seribau Tahun, Mas Seta-begitu biasa dipanggil, mencoba mengajak kita melihat awal mula terbentuknya daratan yang saat ini bernama Sidoarjo.

Beliau menyampaikan fakta-fakta dari berbagai catatan Hindia Belanda.

Sebagai kota yang berjuluk Kota Delta (Daratan yang terbentuk dari hasil pengendapan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Delta umumnya terbentuk di lautan terbuka, pantai, atau danau.) Bisa jadi bahwa julukan itu bukan isapan jempol semata, Sidoarjo memang benar-benar terbentuk dari sedimentasi aliran sungai dan lautan.

“Sidoarjo terbentuk dari sedimentasi aliran sungai. Karena sedimentasi yang tinggi sehingga terbentuklah garis pantai yang semakin jauh dari daratan,” kata Mas Seta.

Beliau juga mengimajinasikan bahwa daratan Sidoarjo terbentuk ribuan tahun, baik dari sedimantasi sungai dan lautan tapi juga karena letusan Gunung Kelud.

Bisa dicontohkan seperti saat ini terbentuknya Pulau Lusi di Sungai Porong. Itulah yang terjadi pada Sidoarjo saat itu.

“Tidak menutup kemungkinan masa yang akan datang sedimentasi itu akan terus bergerak dan menciptakan masyarakat dan budaya baru."

Ada juga pendapat lain dari peserta yang hadir, dengan munculnya lumpur lapindo, daratan Sidoarjo akan tengggelam karena dari dalam bumi terus menyembur lumpur. Sidoarjo akan kembali menjadi sebuah perairan seperti masa lampau.

 Mas Seta kembali mengungkapkan bahwa, “Ini adalah fakta juga imajinasi dari saya, bagaimana Sidoarjo terbentuk, tentu masih membutuhkan penelitian juga riset yang lebih dalam lagi.” [wha]





















Comments

Popular posts from this blog

Nyadran Balongdowo, Nasibmu Kini

  sumber : https://radarsidoarjo.jawapos.com Nyadran di Desa Balongdowo terdiri atas 7 tahapan penting sebagai cara mengungkapan rasa syukur. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan. Pada malam sebelum pemberangkatan, warga Balongdowo mempersiapkan keperluan prosesi mulai dari makanan, biasanya mengolah kupang, tumpeng, dan menghias perahu. Tahap kedua adalah tahap pemberangkatan, meliputi iring-iringan tumpeng ke tepi sungai dan berdoa memanjatkan syukur kepada Allah SWT. Setelah acara pembuka, barulah perahu Nyadran memulai perjalanan menuju Desa Sawohan, Dusun Kepetingan. Tahap ketiga yaitu tahap pembuangan seekor ayam. Ketika perjalanan, anak balita yang mengikuti Nyadran diberi seekor ayam hidup untuk dibuang di muara Kalipecabean agar anak balita tidak kesurupan. Tahap keempat, melarung tumpeng di muara Clangap (pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo). Hal ini bertujuan agar para nelayan pencari kupang diberi keselamatan saat melaut. Namun, melarun...

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

  “Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”. Upacara adat ‘ Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah ...

"Mpu Kanwa" Perpustakaan Dewan Kesenian Sidoarjo

  Mpu Kanwa adalah seorang sastrawan dan pujangga Kraton Kahuripan pada masa pemerintahan raja Airlangga. Karya-karya Empu Kanwa antara lain Kakawin Arjunawiwaha termasuk karya sastra sebagai persembahan kepada Raja Airlangga yang telah sukses berjuang memulihkan stabilitas keamanan Negeri Medang. Kakawin ini ditulisnya pada masa pemerintahan Prabu Airlangga antara tahun 1028 - 1035 . (Wikipedia)   “Apalah arti sebuah nama”. Begitulah William Shakespeare pernah mengungkapkan betapa tidak penting sebuah nama. Tapi nama Mpu Kanwa menjadi sebuah nama penting untuk Dewan Kesenian Sidoarjo. Bukan hal yang sepele hingga nama Mpu Kanwa disematkan sebagai nama perpustakaan Dekesda. Hari Rabu, tanggal 1 Mei 2024, bertepatan dengan hari buruh, Dekesda me- launching perpustakaan Mpu Kanwa. Acara yang dihadiri para pengurus Dekesda juga dosen-dosen dari Universitas Airlangga. Diungkapkan oleh Rafif Amir-sekretaris Dekesda- saat memberi sambutan acara launching perpustakaan Mpu Kanwa, ...