Rembuk Budaya Sidoarjo
episode 2 menghadirkan narasumber Bapak Soekarno-Staf Ahli Seni Budaya Bupati
Sidoarjo sekaligus Dewan Pakar Dewan Kesenian Sidoarjo.
Ketahanan Budaya untuk
Menghadapi Kebudayaan Asing menjadi tajuk Rembuk Budaya episode 2. Rumah Budaya
Rika Rahayu Rasmi (RRR) sebagai tuan rumah, menjamu para pegiat budaya dengan
sajian polo pendem atau umbi-umbian, teh
dan kopi. Sajian yang khas dan murah meriah.
“Ketahanan budaya itu
penting.” Begitu yang disampaikan Soekarno, budayawan yang sudah malang
melintang dan meneliti berbagai kebudayaan di berbagai daerah tak terkecuali
budaya di Sidoarjo sendiri. “Kerukunan berkeluarga, rukun bertetangga, rukun
berbangsa dan bernegara bisa menjaga ketahanan budaya itu sendiri,” lanjutnya.
Tak kalah memukau adalah
tampilan Tari Remo Munali Patah dan Tari Cunduk Menur yang menjadi hiburan
acara Rembuk Budaya. Persembahan dari Rumah Budaya Rika Rahayu Rasmi.
Paguyuban-paguyuban
budaya serta komunitas-komunitas pemuda juga hadir mengikuti dengan khidmat
rembuk budaya ini.
Ikut urun rembuk atas keresahan-keresahan dengan kurangnya perhatian
pemerintah terhadap pemajuan seni budaya di Sidoarjo. Mereka menginginkan bahwa
pemerintah harusnya punya kepedulian lebih dengan budayanya, baik itu budaya
benda maupun nonbenda.
Menurut Mbah Karno,
begitu beliau biasa dipanggil, “Budaya-budaya leluhur kita ada yang sudah punah
atau sudah tidak ada yang melakukan lagi.”
“Budaya itu tidak ada
pagarnya atau batasnya karena kesamaan dengan daerah lain. Siapa yang melakukan
lebih banyak, bisa jadi itu menjadi ciri khanya sebuah daerah,” kata Mbah
Karno.
Masyarakat sekarang bisa dikatakan
mengalami krisi jati diri. Enggan terlihat dengan budayanya sendiri, tapi lebih
ingin terlihat modern dan nyaman dengan budaya asing atau budaya luar.
Acara yang berlangsung
hari Minggu, tanggal 25 Februari ini digagas oleh Bidang Kebudayaan Dewan
Kesenian Sidoarjo. Secara rutin akan digelar sebulan sekali dengan tema dan
narasumber serta tema yang berbeda.
Comments
Post a Comment