Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek

Dipublikasikan pada: 22 September 2025

Dekesda dan Umsida dalam Perjalanan Budaya “Ngetung Batih” di Dongko Trenggalek
“Kami berjalan pelan menyisir pantai selatan, mendaki pegunungan dari Desa Pringapus sampai Kecamatan Dongko, berburu pengetahuan budaya yang mekar manis di setiap unsur perilaku masyarakatnya.” Joko Susilo – Ketua Program Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) juga Dosen Psikologi Budaya Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) membuka kalimat wawancaranya. Ia datang ke Dongko bersama tim riset budaya gabungan Dekesda dan Umsida. Joko menambahkan “Kami juga membawa beberapa mahasiswa pertukaran dari Universitas Adzkia Sumatra Barat dan Universitas Muhammadiyah Sidrap Sulawesi Selatan, tujuan kami adalah supaya mereka mengetahui kekayaan budaya yang ada di Jawa Timur”.

Upacara adat ‘Ngetung Batih’ digelar di kecamatan Dongko 7 hari 7 malam, tanggal 6 sampai 13 Juli 2024. Tanggal 6 dibuka dengan doa bersama. Tanggal 7 siang digelar Kirab Budaya dilanjutkan penampilan bersama 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Setiap malam berikutnya dilanjut pertunjukan seni yang ada di wilayah Kecamatan Dongko: Langen Tayub, Trebang Elo, Karawitan dari seluruh desa di wilayah Kecamatan Dongko.

Tim riset budaya dari Dekesda dan Umsida hadir sejak tanggal 6 Juli 2024, pertama kali menghadap Mbah Waji tokoh budaya Dongko dan Pak Tamsi Kepala Desa Pringapus. Pada pertemuan yang sejuk itu Mbah Waji menjelaskan, “Upacara adat Ngetung Batih merupakan revitalisasi dari awal mula masuknya lslam di Dongko yang dibawa oleh utusan Sultan Agung dari Mataram, utusan yang bernama Joko Penatas atau gelarnya Damar Sejati tahun 1613–1645 M. Sultan Agung menciptakan kalender Jawa yang dimulai 1 Suro, bersamaan dengan 1 Muharam. Sehingga upacara adat Ngetung Batih kami gelar setiap 1 Suro”. Perbincangan masih berlanjut dengan informasi data budaya yang belum bisa dituliskan di sini.

Pada Minggu siang, tim dari Sidoarjo hadir dan ikut menari pada kirab budaya sampai penampilan 2700 penari jaranan Turonggo Yakso. Tim diterima dengan baik oleh para budayawan, staf pemerintahan desa dan kecamatan, juga disambut baik oleh Mas Didit Sasongko, Ketua Umum upacara Ngetung Batih. Didit Sasongko dengan wajah berseri-seri , “Awal mula kami berencana menampilkan 2500 penari Turonggo Yakso, di luar dugaan yang mendaftarkan diri untuk menari meningkat jadi 2700 orang.” Mas Didit dan seluruh warga Dongko sangat bangga peristiwa budaya tersebut berhasil memecahkan “Rekor Muri”.

H. Aji Kelono, S.Sn., M.M.Pd. Ketua Bidang Budaya Dekesda menutup, “Kami sangat tersanjung dengan sambuatan baik tokoh budaya, pemerintah, panitia Ngetung Batih warga Dongko, selain itu kami mendapatkan peluang untuk berkolaborasi dalam pengembangan seni budaya Sidoarjo dengan seni budaya Dongko Trenggalek. Sebagai tanda persaudaraan, kami hadiahkan Udeng Pacul Gowang khas Sidoarjo untuk para pelaku budaya di Dongko. Udeng tersebut adalah udeng yang dijahit oleh Kampung Lali Gatget binaan Mas Irfandi di Wonoayu Sidoarjo”.[JKS]
Kembali ke Daftar Berita