REMBUK BUDAYA SIDOARJO EPISODE VI; Penguatan Budaya Nusantara Guna Menghadapi Perang Asimetris dalam Rangka Mendukung Pertahanan Semesta
Dipublikasikan pada: 22 September 2025
“Wong Jawa, aja ilang Jawane”.
Sebuah ungkapan yang sering kita dengar di masyarakat. Kalimat tersebut seolah memberi peringatan pada kita bahwa jangan pernah kehilangan jati diri sebagai orang Jawa di mana pun berada.
Ini juga yang menjadi salah satu alasan dipilihnya tema ‘Penguatan Budaya Nusantara Guna Menghadapi Perang Asimetris dalam Rangka Mendukung Pertahanan Semesta’ dalam Rembuk Budaya Sidoarjo episode 6, Kamis, 20 Juni 2024.
Bertempat di Kinanthi Coffe Perum TNI Al Graha Samudra Asri blok B6 no 5 Kramat Jegu, Taman Sidoarjo, yang juga basecamp Paguyuban Macapat Kinanthi. Menghadirkan narasumber terdiri dari TP Piknik (sejarawan), Sugeng Adipitoyo (budayawan), dan Mr Jack (bela negara). Rembuk budaya dipandu moderator Ki Effendy.
Menurut Kolonel Ari Krisdiyanto, selaku owner Kinanthi, di Indonesia ini telah terjadi distorsi kebudayaan sehingga perlu ada penguatan dari masyarakat itu sendiri. Mempertahankan dan melestarikan budaya nenek moyang.
Beliau sejak lama menaruh perhatian terhadap kuliner masa kuno. Kuliner hasil dari kajian naskah kuno berupa babad dan kitab serta prasasti, lantas diracik menjadi masakan. Ada berbagai macam tumpeng yang disajikan, terdiri dari Bancakan, Kapuranto, Urubing Damar, Duplak, dan Ropoh.
Sementara Mr. Jack (Bela Negara) mengutarakan perlu adanya bela negara dalam diri kita, bisa dimulai dari lingkup keluarga dan mengenalkan sejak dini terhadap anak-anak.
“Kita harus melihat dari dua sisi tentang distorsi kebudayaan ini. Karena sudah sejak 150 tahun lalu pandangan tentang ini terjadi. Salah satunya jangka Jayabaya,” kata Sugeng Pitoyo Dosen Unesa dan juga seorang budayawan.
Rembuk Budaya kali ini terasa gayeng dan santai dengan urun rembug dari berbagai pihak yang turut membuka cakrawala kebudayaan kita. Serta sajian nasi pecel yang menggugah selera.
Hadir pula para pemuda-pemuda pemerhati budaya, pegiat budaya, pelestari budaya serta paguyuban-paguyuban kebudayaan Sidoarjo.
Tembang kinanthi menjadi selingan dan menambah sahdu suasana rembuk budaya.
Acara ditutup dengan foto bersama dan harapan, semoga rembuk budaya ini membawa dampak yang positif kepada kebudayaan di Sidoarjo dan Indonesia. [wha]
Kembali ke Daftar Berita
Sebuah ungkapan yang sering kita dengar di masyarakat. Kalimat tersebut seolah memberi peringatan pada kita bahwa jangan pernah kehilangan jati diri sebagai orang Jawa di mana pun berada.
Ini juga yang menjadi salah satu alasan dipilihnya tema ‘Penguatan Budaya Nusantara Guna Menghadapi Perang Asimetris dalam Rangka Mendukung Pertahanan Semesta’ dalam Rembuk Budaya Sidoarjo episode 6, Kamis, 20 Juni 2024.
Bertempat di Kinanthi Coffe Perum TNI Al Graha Samudra Asri blok B6 no 5 Kramat Jegu, Taman Sidoarjo, yang juga basecamp Paguyuban Macapat Kinanthi. Menghadirkan narasumber terdiri dari TP Piknik (sejarawan), Sugeng Adipitoyo (budayawan), dan Mr Jack (bela negara). Rembuk budaya dipandu moderator Ki Effendy.
Menurut Kolonel Ari Krisdiyanto, selaku owner Kinanthi, di Indonesia ini telah terjadi distorsi kebudayaan sehingga perlu ada penguatan dari masyarakat itu sendiri. Mempertahankan dan melestarikan budaya nenek moyang.
Beliau sejak lama menaruh perhatian terhadap kuliner masa kuno. Kuliner hasil dari kajian naskah kuno berupa babad dan kitab serta prasasti, lantas diracik menjadi masakan. Ada berbagai macam tumpeng yang disajikan, terdiri dari Bancakan, Kapuranto, Urubing Damar, Duplak, dan Ropoh.
Sementara Mr. Jack (Bela Negara) mengutarakan perlu adanya bela negara dalam diri kita, bisa dimulai dari lingkup keluarga dan mengenalkan sejak dini terhadap anak-anak.
“Kita harus melihat dari dua sisi tentang distorsi kebudayaan ini. Karena sudah sejak 150 tahun lalu pandangan tentang ini terjadi. Salah satunya jangka Jayabaya,” kata Sugeng Pitoyo Dosen Unesa dan juga seorang budayawan.
Rembuk Budaya kali ini terasa gayeng dan santai dengan urun rembug dari berbagai pihak yang turut membuka cakrawala kebudayaan kita. Serta sajian nasi pecel yang menggugah selera.
Hadir pula para pemuda-pemuda pemerhati budaya, pegiat budaya, pelestari budaya serta paguyuban-paguyuban kebudayaan Sidoarjo.
Tembang kinanthi menjadi selingan dan menambah sahdu suasana rembuk budaya.
Acara ditutup dengan foto bersama dan harapan, semoga rembuk budaya ini membawa dampak yang positif kepada kebudayaan di Sidoarjo dan Indonesia. [wha]